Biography

Lenny Agustin memulai karirnya di dunia fashion sejak muda. Namanya mulai dikenal ketika ia menjadi juara utama pada Lomba Merancang Busana Perkawinan Internasional pada tahun 2003. Ini membuat namanya identik dengan gaun pernikahan dan pesta.

Kecintaannya pada kekayaan budaya nusantara seperti ragam tekstil, upacara adat, kesenian tradisional, kerajinan tangan membuat Lenny Agustin selalu memasukkan unsur lokal pada karyanya.

Dalam pemilihan material, ia menyukai batik, tenun, sarung, lurik, songket, yang dikombinasikan dengan aplikasi-aplikasi unik yang menjadi ciri khasnya. Karya Lenny Agustin tidak hanya bisa dipakai dalam acara-acara khusus saja melainkan juga sebagai busana sehari-hari.

Lenny Agustin mengembangkan karyanya lewat lini utama yang diambil dari namanya “LENNY AGUSTIN” dan lini sekundernya yakni “LENNOR”

Awards

1 of 5 women in Art and Culture, CHIC Magazine Awards 2008

The Most Outstanding Woman of the Year, Antara Awards 2009

Upcoming Designers of the Year at Scarlet Celebrity Fashion Awards 2009

Kartika Readers Choice Award 2010

Woman Designer of the Year, Elle Style Awards in association with POND’S 2011

Favorite Designer, Lifestyle Awards 2011, MNC

F.A.Q

1. SEJAK KAPAN DAN MENGAPA LENNY MENYUKAI DESAIN FESYEN?

Saya menyukai design dan fesyen sejak kecil. Saya suka menggambar dan mengamati busana orang. Setiap kali melihat baju, saya berpikir untuk memodifikasinya dengan menambahkan detail-detail atau aplikasi tertentu. Saat masih kecil, saya suka membuat baju boneka untuk teman-teman

2. BAKAT DESIGN FESYEN/SENI MENURUN DARI SIAPA?

Dari ayah saya yang gemar melukis dan membuat patung di waktu senggangnya, dan ibu saya waktu muda menjahit baju anak2nya dan kebayanya sendiri krn blm ada depstore waktu itu. tp saya tidak pernah melihat aktivitas tsb dikarenakan saya anak ke 7 dr 9 bersaudara

3. KAPAN SEBENARNYA LENNY MULAI BERKARIR SEBAGAI DESAINER FESYEN?

Pada pertengahan th 2001 saya sempat membuka butik dengan nama Catwalk. Saat itu saya menerima pesanan jahitan pakaian mulai kebaya hingga pakaian sehari-hari. Dan pd tn 2002 saya mengganti nama butik saya dg nama sendiri. Kemudian, saya mengikuti lomba perancang busana di tahun 2003, di mana saya berhasil menjadi juara pertama. Ini menjadi titik balik karir saya. Saya pun memutuskan menjadi full time designer pada tahun 2003.

4. BELAJAR DESAIN FESYEN DI MANA?

Pengalaman pertama belajar desain fesyen lewat program ekstrakulikuler pada saat SMP. Lalu menempuh pendidikan formal di bidang fashion design di ISWI Art and Design Academy, Bunka School of Fashion, dan La Salle College. Saat ini tengah menempuh studi S1 untuk bidang studi Desain Komunikasi Visual di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

5. APA YANG MELATAR BELAKANGI TAGLINE LENNY, “FASHION IS MY PLAYGROUND”?

karena fashion adalah tempat saya bereksperimen dan berekspresi. Saya bebas mencampur berbagai gaya, warna, bahan, dan kerajinan tangan. Sehingga saya benar2 merasa ini adlh tempat bermain saya

6. MENGAPA MEMILIH BUDAYA INDONESIA SEBAGAI AKAR DESAIN? MENGAPA KAIN TRADISIONAL?

Saya ingin Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam dunia fesyen. Dan melalui rancangan saya, saya ingin mengenalkan bahan dan motif-motif kain tradisional dari seluruh daerah di Nusantara kepada anak-anak muda jaman sekarang, agar mereka bangga memakainya sebagai pakaian sehari-hari sesuai cara dan gaya mereka sendiri, seperti halnya masyarakat kita jaman dahulu.

7. APA TANTANGAN TERBESAR DALAM MENDESAIN SUATU KOLEKSI?

Konsep adalah bagian yang tersulit. Karena harus memikirkan satu tema untuk keseluruhannya. Teknik jahitan juga termasuk, apalagi untuk mengembangkan teknik baru pada kain. Misal, origami pada kain. Tantangannya adalah menemukan jahitan yang tepat dan mengajarkan itu pada tim.

8. BERAPA LAMA WAKTU YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMBUAT SATU RANGKAIAN KOLEKSI?

Rata-rata 1 sampai 6 bulan.

9. ADA BERAPA BAJU DALAM SATU KOLEKSI?

Untuk lini Lenny Agustin dan LENNOR, Biasanya ada sekitar 30-60 buah. Terdiri dari 1 sequence.

10. BERAPA KALI MASING-MASING LINI MENGELUARKAN KOLEKSI DALAM SETAHUN?

Launching untuk masing-masing lini biasanya sekali dalam satu tahun. Karena LENNOR ready to wear, satu koleksi tersebut dikeluarkan secara bertahap setiap 2-3 bulan sekali.

11. DARI SELURUH KOLEKSI, MANA YANG PALING BERKESAN?

“Controverchic” adalah koleksi yang berkesan. Karena itu adalah koleksi pertama saya dengan label “Lenny Agustin” dan fesyen show pertama saya. Respon yang saya dapatkan ternyata sangat bagus dan banyak yang suka. Lalu, koleksi “Imaginary Friends” adalah yang juga berkesan karena proses pembuatannya susah dan tema tersebut tidak umum. Tapi secara keseluruhan, saya menyukai semua koleksi saya, karena saat pembuatannya saya mencurahkan pikiran dan passion saya.

12. DARIMANA BIASANYA LENNY MENDAPATKAN INSPIRASI?

Sejak dulu, saya suka membaca majalah fesyen, buku dan menonton film yang bertema budaya. Dari budaya, tempat, kebiasaan, dan baju daerah/negara tersebut, Saya bisa mendapatkan inspirasi untuk desain. Misalnya buku dan film “Memoirs of a Geisha”.

13. PUNYA DESAINER FAVORIT?

Desainer luar negeri yang saya suka adalah Christian Lacroix dan Vivienne Westwood. Mereka menampilkan ciri khas dan keindahan budaya dengan caranya sendiri-sendiri. Desain Eropa yang kental juga memberi inspirasi bagi saya.

14. BAJU FAVORIT UNTUK DIRI SENDIRI?

Saya adalah pribadi yang fun dan girly. Saya gemar mengenakan dress, terutama mini dress karena terlihat feminin dan chic.

15. WARNA YANG PALING DISUKAI?

Pada dasarnya saya menyukai aneka warna, terutama warna terang. Tapi di antara semuanya, yang paling mencuri perhatian saya adalah warna kuning dan biru.

16. BOLEH TAHU HOBI LENNY?

Saya gemar mengumpulkan pernak-pernik unik dan lucu, seperti serutan pensil, teko, peralatan minum teh, minuman soda dalam kaleng dengan gambar yang lucu-lucu.

17. APA YANG LENNY LAKUKAN SAAT SENGGANG?

Berkumpul dengan keluarga. Saya suka menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah maupun di luar, seperti di kedai kopi contohnya.

18. SIAPA YANG PALING BERJASA DALAM KARIR LENNY SEBAGAI DESAINER FESYEN?

Pastinya keluarga, suami, Pegawai, teman2 dr dunia fashion, dan media massa.

19. IMPIAN YANG BELUM TERCAPAI?

Banyak. Beberapa di antaranya adalah seluruh masyarakat indonesia dr berbagai kalangan dan status ekonomi bs membeli produk dr desainer Indonesia, ingin semua produk desainer Indonesia go internasional, dimana rancangan kami dikenal dan dipakai di seluruh dunia, membuat dunia menyadari bahwa batik, tenun, dll adalah memang Indonesia. Saya juga ingin punya brand kosmetik sendiri.

The First, “Lenny Agustin”

Lini utama yang brand-nya diambil dari nama sang desainer, “Lenny Agustin”, adalah koleksi busana cocktail yang sifatnya custom made. Inspirasi Lenny Agustin datang dari budaya Indonesia yang diberi sentuhan budaya asing. Misalnya, kain sarung atau kain tenun diolah dalam pola seni origami dari Jepang.

Tak hanya menggunakan kain tradisional saja, koleksi-koleksi Lenny Agustin juga menyelipkan teknik atau ragam bentuk, warna, maupun bahan berbagai seni kerajinan tangan Indonesia. Tak heran jika detail atau aplikasi yang digunakan Lenny Agustin, sebagian besar berupa karya buatan tangan yang cukup rumit dan memerlukan lebih banyak waktu saat proses pengerjaannya.

Koleksi Lenny Agustin secara konsisten dilansir dengan tema baru sekali setahun dalam sebuah show. Tampilannya selalu unik, playful, menginspirasi, tapi fashionable saat dikenakan.


See Collection

Ready to Wear “Lennor”

“LENNOR” adalah lini sekunder ( second line ) dari Lenny Agustin, yang pertama dilansir pada tahun 2008. Namanya diambil dari bahasa gaul Gypsy yang berarti “musim panas”.

Berbeda dengan karakter Lenny Agustin yang lebih ekslusif dan spesifik pada segmen pasar tertentu, LENNOR adalah koleksi siap pakai ( ready to wear ) yang berdesain global, ringan, muda, trendi, dengan permainan warna-warna cerah, terkesan rileks namun optimis, serta berkonsep padu padan.

Sesuai komitmen Lenny untuk selalu melibatkan budaya nusantara dalam karyanya, LENNOR pun menggunakan batik, lurik Yogya, tenun Bali, ikat atau jumputan Jawa Tengah dan sasirangan Kalimantan, serta sarung Makassar. Mengingat Indonesia beriklim tropis dan sesuai konsep dasar musim panas, bahan LENNOR dipilih cenderung yang ringan dan nyaman, hingga sangat mungkin dikenakan dalam berbagai kesempatan, sepanjang tahun. Tak sedikit profesional muda yang kini mengenakan LENNOR tak hanya saat bersantai, tapi juga saat bekerja.

Tema baru LENNOR dilansir setiap sekali dalam setahun. Tema besar itu kemudian dilansir secara bertahap setiap 2 atau 3 bulan sekali.

See Collection

Lookbook

 

Show

Lenny Agustin

  • 2014 Radin

    RADIN

    @Indonesia Fashion Week (2014)

    Kekayaan budaya dan keindahan alam Madura. RADIN diambil dari bahasa Madura yang berarti ‘cantik’.

    Budaya, ukiran, tari-tarian, karapan sapi yang warna-warni, serta karakter orang Madura yang pemberani dan tegas, direfleksikan dalam koleksi busana yang masih lekat dengan kekhasan busana Madura, namun tampil dengan konstruksi yang lebih futuristik. Mulai padu padan Kebaya, terusan, dan rok yang keseluruhan desainnya bersiluet H. Koleksi yang berpotongan lurus, sederhana, dan memiliki lengan-lengan lebar lurus ini menampilkan gaya yang  modern-futuristic dan playfull, namun tetap terasa unsur etnik-nya.

    Batik tulis Madura dengan pewarna alam yang kecokelatan, diberi sentuhan sulaman warna-warni serta bentukan motif yang di-laser cut. Modifikasi bahan sutera, poli atau plastik mika — serta perpaduan warna hijau pudar, biru indigo, dan abu-abu dengan warna-warna spotlight hijau terang, kuning, pink, ungu, hingga merah putih, membuat tampilannya jauh lebih fun.

  • 2013/2014 Knit My Day

    KNIT MY DAY

    @Jakarta Fashion Week (2013/2014)

    Keunikan dan kelucuan boneka-boneka rajutan.

    Permainan rajutan dari berbagai jenis benang (dengan tekstur dan ketebalan yang berbeda), dan teknik merajut baik yang menggunakan alat hakken atau langsung dijalin oleh jari-jemari. Keragaman siluet rajutan tersebut, menjadikan tampilan konstruksi setiap busana tampil beda dari rajutan pada umumnya. Terusan utuh dengan ujung lengan yang bergelombang, blus yang gembung dipadukan dengan rok bertekstur lebih tebal, berbagai macam atasan seperti blus rajut tipis, pullover, serta rok mini dan rok selutut

    Sebagai apresiasi terhadap pengerajin dan kerajinan Indonesia, Lenny mengumpulkan rajutan buatan tangan dari berbagai daerah seperti Padang, Bali, dan Jakarta, yang kemudian ditambah hasil eksplorasi studio Lenny Agustin.

  • 2012 Paper Garden

    PAPER GARDEN

    @Jakarta Fashion Week 2012

    Origami

    Teknik lipat kertas origami diaplikasi ke dalam bentuk-bentuk baju. Bentuk origami yang dipilih menyerupai bunga-bungaan, dedaunan, dan kupu-kupu. Permainan teknik origami muncul tak hanya sebagai aplikasi, tapi juga menjadi bentuk utuh lengan atau keseluhuran tampilan blus, bustier hingga terusan. Setiap piece dibuat tanpa pola sama sekali, melainkan dilipat-lipat langsung dari potongan kain persegi.

    Batik katun, taffeta, dan tenun Makassar. Motif bunga dan motif geometris dipilih  untuk merefleksikan kertas washi Jepang. Semua tampil dalam warna-warna cerah dan seceria taman bunga.

  • 2012 Offerings

    OFFERINGS

    @Indonesia Fashion Week 2012

    Perempuan-Perempuan Bali yang tengah sembahyang di Pura.

    Berbagai ornamen yang terinspirasi dari sesajen yang terbuat dari adonan tepung beras warna-warni, janur (hiasan yang dijalin dari daun kelapa), bunga-bunga, dan kebaya perempuan Bali. Dikemas ulang menjadi kebaya aneka warna dengan aksen obi atau rompi, berteman pencil skirt. Panjang skirt tampil beragam, mulai di atas lutut sampai setengah betis.

    Lace, raw silk, tenun Ende Bali, serta bahan sifon sutera yang dijahit menjadi tali spageti dan dibentuk menyerupai ornamen sesajen.

  • 2011 Intoxicating Blossoms

    Intoxicating Blossom

    @Jakarta Fashion & Food Festival (2011)

    Perayaan musim panas di Inggris yang meluap penuh semangat bunga bermekaran.

    Eksplorasi ‘flower power’ ke dalam gaya berbusana yang elegan namun ekspresif, penuh warna dan ber-volume. Perpaduan gaya anak-anak muda Inggris yang sangat bebas berekspresi dengan para wanita bangsawan yang anggun. Blus pendek di atas pinggang, rok mini berbagai siluet, serta gaun mini yang penuh warna dipadu topi ala bangsawan Inggris. Elemen bunga muncul pada stocking, atau menempel pada topi, rok, hingga sepatu. Kalung ala Coco Chanel yang warna-warni menambah semarak penampilan.

    Songket Palembang, sutera Sulawesi, tenun dari Bali dan raw silk. Warna dengan nuansa berkilau dipadu warna cerah seperti kuning, biru, shocking pink, dan turqoise. Berbagai aplikasi bunga kain perca dan sulur sulam usus khas Lenny pun turut meramaikan.

  • 2010 Unconcious Mind

    UNCOUNCIOUS MIND

    @APPMI 17 Tahun Berkarya (2010)

    Budaya Tribal Masyarakat pedalaman yang lekat dengan unsur magis dan misteri, seringkali dipersepsi negatif oleh masyarakat modern. Padahal unsur magis yang mengelilingi kehidupan punya banyak nilai kebaikan. Seperti penyembuhan atau menangkal kejahatan.

    Konsep ini memadukan budaya Batak, Kalimantan dan Irian dengan budaya Afrika. Kain-kain tradisional yang ditampilkan bersiluet lurus, mewakili ciri simpel dalam kehidupan masyarakat pedalaman. Padu-padannya berupa rok dan cape bertumpuk, juga blus dan gaun lurus bermotif sulam dengan efek benang lepas. Nuansa Afrika muncul pada penggunaan gelang tangan dan kaki, serta hiasan kepala dari bahan rami, sepatu boot berbahan tikar, hingga riasan coreng moreng bernuansa voodoo.

    Beragam kain lokal seperti lurik, tenun ulos Batak, tenun NTT sampai sarung Makassar. Simbol-simbol kehidupan pedalaman diwakili oleh teknik sulam membentuk motif-motif yang ada pada rumah, patung, sampai elemen kesenian tradisional. Warna gelap dan terang turut bercerita tentang banyak hal.

  • 2010 Grandma, I Miss You

    GRANDMA, I MISS U

    @Jakarta Fashion & Food Festival (2010)

    Inovasi yang menggabungkan masa lalu dan masa kini, mengingatkan nenek di masa lalu dan cucu remaja di masa kini.

    Mengombinasikan unsur lembut dari nenek jaman dulu yang senang berkain kebaya atau bahan renda, dengan sisi keras rock, punk, emo dan grunge sang cucu di masa kini. Bentuknya jadi di luar kebiasaan, karena dari masa lalu juga terbawa unsur gothic. Kebaya hadir berbahan kulit, sebaliknya jaket tampil feminin berbahan renda. Lalu ada rok berpotongan lipat menyerupai kain jarik, serta  kemben berbahan kulit dipadankan celana tenun NTT bergaya punk. Ban pinggang, kalung, gelang hingga aplikasi peniti yang membentuk bunga, menyatukan nuansa lembut dan maskulin dalam satu tampilan.

    Ada dua karakter bahan utama, yakni bahan kulit dan tenun untuk karakter tegasnya, serta bahan brokat dan renda untuk kesan lembut. Selebihnya ada beludru, katun, tenun, dan bahan-bahan stretch lainnya. Untuk ornamen, ada peniti, mur, serta rantai. Warna hitam mendominasi, tapi tetap diselingi putih yang netral, krem dan cokelat, serta warna cerah merah, biru, kuning dan ungu.

  • 2009/2010 Imaginary Friends

    IMAGINARY FRIENDS

    @Jakarta Fashion Week (2009/2010)

    Boneka kayu Negara-negara di Asia, khususnya Korea, Jepang, China, dan Indonesia.

    Boneka biasanya jadi teman khayalan anak gadis. Hampir tiap negara di dunia memiliki boneka kayu dengan keunikan masing-masing. Siluet gembung pada cheongsam, blus, rok pendek, celana maupun cape diberi baleine, dakron atau tulle agar tampil sekaku sosok boneka kayu. Siluet boneka kayu bulat adalah rancangan tersulit, karena berlawanan dengan anatomi tubuh yang berlekuk. Wig dari kertas crepe yang dicat jadi pelengkap unik, semakin eye catching oleh aksen bantalan bentuk tomat dan bunga kain.

    Sutera tenun mesin bertekstur garis-garis timbul dipilih agar selaras dengan kesan guratan kayu (bahan dasar boneka). Bordir bunga-bungaan dan lipatan origami dimunculkan untuk kesan yang lebih fun. Kali ini yang mewakili unsur etnik Indonesia adalah kain tenun Maluku.

  • 2009 Blythe’s Dream

    Blythe’s Dream

    @Jakarta Fashion & Food Festival (2009)

    Boneka Blythe (boneka asal Amerika yang dipopulerkan masyarakat Jepang).

    Kembali ke masa berjayanya sulam, yang digabungkan dengan nafas modern melalui boneka Blythe yang berkarakter muda, lucu, modis tapi misterius. Gaun mini, blus asimetris tanpa lengan, dan rok yang jatuhnya bebas luwes dalam potongan asimetris, mewujudkan gaya yang lucu ceria. Konsep Blythe muncul juga pada tas dan kalung sebagai aksesori.

    Benang sulam dan wool jadi bagian penting, membentuk sulaman bertekstur dan berdimensi saat diaplikasi ke sejumlah bahan. Sarung Makassar jadi salah satu unsur yang mewakili sentuhan budaya lokal. Sulaman tusuk silang atau kristik ( cross stitch ) geometris, turut memperkaya kesan imajinatif.

  • 2008/2009 Popi Popi

    POPi POPI

    @Jakarta Fashion Week (2008/2009) & Japan Fashion Week (2009)

    Baju Bodo Makassar.

    Tentang popi-popi dalam bentuk yang lebih berwarna, fun dan modis. Popi-popi dalam bahasa Makassar artinya boneka-boneka cantik. Boneka memang mainan yang menghibur, bikin happy dan bisa didandani cantik. Misalnya dengan blus ringan ala baju bodo berpasangan rok lebar dari bahan tenun. Warna-warni terang khas Makassar pada blus, rok serta sejumlah aksesori, membutuhkan kejelian agar padu-padannya tetap serasi dan cantik.

    Tenun sutera Makassar dan organdi, kerajinan tangan berbahan dasar kain, kertas bahkan karton yang dibentuk menyerupai bunga jadi aksesori — menggantikan aksesori tradisional Makassar yang berbahan logam.

  • 2009 Tea Time

    TEA TIME

    @APPMI Fashion Exploration (2009)

    Suasana minum teh sore hari sembari bergosip seru tentang dunia perempuan yang ceria.

    Ruang kumpul yang ‘perempuan banget’, lengkap dengan dinding berlapis wallpaper dan taplak meja bercorak cantik. Suasana minum teh terwakili oleh cangkir dan sajian aneka kue berbentuk lucu dan warna warni. Diterjemahkan lewat rok berbentuk cangkir terbalik, bustier yang girly berbentuk kap lampu berteman rok tutu penuh bordir, sampai terusan tenun berpadu blus tipis aksen bordir. Rupa-rupa replika kue tampil sebagai hiasan kepala, kalung atau bros.

    Tenun Makassar motif kotak-kotak serta taplak meja menjelma jadi blus, terusan, kemben, dan rok yang mengekspos kerajinan tangan sulam usus, rajut hingga bordir; dalam nuansa warna pastel dari biru, hijau sampai merah muda.

  • 2008 Java Dolls

    JAVA DOLLS

    @Jakarta Fashion & Food Festival (2008)

    Menyatukan kekhasan cara berbusana dan warna khas dari tiga budaya, yakni cheongsam dan merah (China), blus berenda dan biru (Belanda), kebaya dan cokelat (Jawa) — yang dilebur dalam koleksi klasik tapi riang dan jenaka sesuai karakter wayang golek. Di sini potongan kebaya berdetail frills atau blus renda berkerah cheongsam dipadankan dengan rok dari taplak meja. Hadir juga bolero, rok, dan gaun yang bebas dipadu-padan.

    Mengolaborasikan gaya Lolita dengan kain dan busana tradisional Indonesia. Misalnya kebaya dijadikan tampak muda, riang, ringan, bebas dipadu-padan namun tetap apik. Selebihnya ada modifikasi baju kurung, baby doll, gaun mini ditabrak legging bercorak; atau kombinasi kebaya encim, bustier, dan kebaya modern dipadu celana super pendek bahan tenun, variasi rok balon, celana panjang hingga rok tutu penari balet.

    Batik taplak Pekalongan motif buketan, katun dan lace mewakili Belanda. Ornamen kupu-kupu mewakili China. Dan ornamen motif kawung yang dibuat dari sumbu kompor berbalut perca batik mewakili Jawa. Perpaduan ketiganya menciptakan harmoni budaya.

  • 2007 Controverchic

    CONTROVERCHIC

    Peragaan Perdana (2007)

    Lolita Style yang tengah marak di Harajuku.

    Mengolaborasikan gaya Lolita dengan kain dan busana tradisional Indonesia. Misalnya kebaya dijadikan tampak muda, riang, ringan, bebas dipadu-padan namun tetap apik. Selebihnya ada modifikasi baju kurung, baby doll, gaun mini ditabrak legging bercorak; atau kombinasi kebaya encim, bustier, dan kebaya modern dipadu celana super pendek bahan tenun, variasi rok balon, celana panjang hingga rok tutu penari balet.

    Kain tradisional batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Yogya, tenun Sumba, tenun Padang dan tenun Riau, dihiasi payet, bordir, serta aplikasi bahan renda; dalam pilihan warna pucat seperti salem, kuning mentega, warna kulit, berpadu unsur perak dan keemasan.

Video

Details

News

  • Lenny Agustin in Edgy Philosopy Show – IFW 2014

    Sabtu, 22 Februari 2014 malam di Plennary Hall – Jakarta Convention Center, majalah Marie Claire dan Indonesia Fashion Week 2014 mengemas empat desainer

    read more

    Lenny Agustin in Edgy Philosopy Show – IFW 2014

    media-imgSabtu, 22 Februari 2014 malam di Plennary Hall – Jakarta Convention Center, majalah Marie Claire dan Indonesia Fashion Week 2014 mengemas empat desainer dalam show bertajuk “Edgy Philosophy”, yakni Lenny Agustin, Sapto Djojokartiko, Gabriel Lage (Argentina) dan Priyo Oktaviano Couture.

    Lenny Agustin sendiri menampilkan serangkaian koleksi dalam tema “Radin” –- diambil dari bahasa Madura yang artinya Cantik!

  • Nantikan Kejutan LENNOR di JFFF 2015

    'Easy Like Sunday Morning' adalah tajuk yang diusung LENNOR dalam konsep kemudahan dan keceriaan layaknya Minggu pagi yang ceria dalam pergelaran Jakarta

    read more

    Nantikan Kejutan LENNOR di JFFF 2015

    media-img2‘Easy Like Sunday Morning’ adalah tajuk yang diusung LENNOR dalam konsep kemudahan dan keceriaan layaknya Minggu pagi yang ceria dalam pergelaran Jakarta Food & Fashion Festival 2014 lalu.

    Kejutan apa yang akan ditampilkan LENNOR di 2015 ini? Jangan sampai melewatkan shownya…

  • Dosen sekaligus Mahasiswi

    Disela kesibukannya sebagai fashion designer dan sebagai tim pengajar di ISWI selama lima tahun, sejak 2015, Lenny juga tercatat sebagai mahasiswi pascasarjana

    read more

    Dosen sekaligus Mahasiswi

    media-img31bDisela kesibukannya sebagai fashion designer dan sebagai tim pengajar di ISWI selama lima tahun, sejak 2015, Lenny juga tercatat sebagai mahasiswi pascasarjana (S2) IKJ jurusan Kajian Seni Urban dan Industri Budaya.

    Pembawaannya yang periang dan selalu berjiwa muda, membuatnya tak sulit berbaur dengan teman sekelas yang notabene jauh lebih muda.

Contact

Created by Neubornmedia